Sebagaimanadikatakan oleh KH Abd Mun'im DZ, Belanda juga mengambil strategi serupa ketika menghadapi kelompok Islam dengan taktik lain, yaitu 'politik belah bambu' (satu diinjak yang lain disanjung). Maksudnya, mereka mengadu domba antara satu agama dengan agama lain. Termasuk menjadi sutradara saat membentrukan antar sesama Islam. Padawilayah pedalaman, hubungan antara pihak Belanda dengan kerajaan-kerajaan di Jawa hanya berbentuk persekutuan belaka. Para residen Belanda di istana-istana Kerajaan Jawa hanya bertugas sebagai duta saja, bukan sebagai penguasa atau penjajah (Ricklefs, 2005:242-245). VOC yang bertugas sebagai wakil Belanda di Jawa sudah hampir bangkrut. Politikadu domba bahkan dijadikan kebiasaan oleh VOC dalam hal politik, militer, dan ekonomi untuk melestarikan penjajahannya di Indonesia. Orientasinya adalah mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan menaklukkan raja-raja di nusantara. Strategi Belanda yang paling ampuh menghadapi perlawanan dari penguasa lokal adalah dengan meakukan Belandamenggunakan sistem devide et impera sejak awal memasuki Nusantara. Politik adu domba pada abad - 17 sangat digemari VOC untuk menguasai suatu daerah, dengan cara inilah Belanda yang bahkan jumlahnya jauh lebih sedikit dari pribumi bisa menguasai wilayah nusantara. Secara antropologi, negara Indonesia adalah negara heterogen dengan Secaraprinsip, praktik politik adu domba adalah memecah belah dengan saling membenturkan (mengadu domba) kelompok besar yang dianggap memiliki pengaruh dan kekuatan. Tujuannya adalah agar kekuatan tersebut terpecah-belah menjadi kelompok-kelompok kecil yang tak berdaya. Dengan demikian kelompok-kelompok kecil tersebut dengan mudah dilumpuhkan Pemberontakanitu penting, terutama ketika melawan pemerintahan yang dhalim dan otoriter. Soekarno yang menjadi presiden pertama RI dan juga deklarator kemerdekaan NKRI juga pernah menjadi pemberontak, -- terhadap kolonial Belanda. Alihalih melakukan divide et impera, VOC dan Hindia Belanda lebih bersifat sebagai katalis dalam semua konflik yang ada di Kepulauan Nusantara waktu itu. Keberpihakan Belanda sangat menentukan pihak mana yang akhirnya menang perang. Belanda pernah melakukan siasat divide et impera selama berkuasa di Nusantara namun hanya tiga kali saja, yaitu: a. bjH56Jy. Mahasiswa/Alumni Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta07 Januari 2022 0648Hallo Wena A, Kakak bantu jawab ya. Kebijakan atau politik yang dilakukan Belanda saat di Indonesia antara lain Politk Adu Domba Devide et Impera, Sistem Tanam Paksa, dan Politik Etis. Untuk lebih jelasnya, yuk pahami pembahsan dibawah ini. Belanda merupakan salah satu negara yang pernah menjajah Indonesia. Belanda datang dengan melakukan monopoli perdagangan serta menguasai wilayah-wilayah di Nusantara. Saat Belanda di Indonesia, hal pertama yang dilakukan Belanda adalah melakuakan Politik Adu Domba atau Devide et Impera, yaitu melakukan Adu Domba pada kerajaan yang berdiri di Nusantara sehingga mereka mengalami perpecahan dan Belanda dengan mudah menguasai wilayah tersebut. Saat Belanda di Indonesia, Belanda juga menerapkan sistem tanam paksa atau Cultuurstelstel yaitu tanam paksa kepada masyarakat pribumi untuk menghasilkan tumbuhan komoditas internasional dan kerja paksa, kebijakan ini membuat masyarakat menderita dan menimbulkan kelapran dan kemiskinan. Selanjutnya Politim Etis atau Politik Balas Budi yang diterapkan Belanda demi membalas budi atas kekejaman Sistem Tanam Paksa dengan meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui irigasi, imigrasi, dan edukasi. Semoga membantu ya.

belanda pernah melakukan politik adu domba di nusantara yaitu antara